“Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya” Efesus 5 24 – 25 Adanya persoalan hidup yang berbagai ragam sebenarnya adalah jamak karena itu adalah bagian hidup manusia di dunia. Walaupun demikian, persoalan yang kecil bisa menjadi besar, dan persoalan yang bagaimana pun bisa menghancurkan rumah tangga jika tidak segera diatasi. Apalagi, pada saat ini keadaan dunia agaknya menjadi kacau dengan adanya pandemi COVID-19. Dengan demikian, perkawinan akan mudah hancur jika tidak ada ikatan yang kuat antara suami dan istri dan komunikasi yang baik dan jujur di antara keduanya. Di zaman modern ini banyak kaum wanita yang memandang bahwa ayat diatas sudah ketinggalan zaman. Bagi sebagian, keharusan untuk tunduk itu dianggap sebagai penyebab kekacauan rumah tangga. Pada pihak yang lain, ada yang berpendapat bahwa kekacauan rumah tangga terjadi karena istri yang selalu tunduk sehingga suami bebas untuk berbuat semaunya. Walaupun demikian, kata “tunduk” muncul dalam Alkitab tidak hanya di kitab Efesus, tetapi juga di kitab Kolose dan Petrus. Dan mengapa “tunduk” merupakan perintah kepada istri, sedang “kasih” ditujukan kepada suami? Hubungan antara suami dan istri dalam Alkitab ternyata dipakai untuk melambangkan hubungan antara jemaat dan Kristus. Seperti indahnya hubungan antara jemaat dengan Kristus, begitu juga hubungan antara istri dan suami bisa menjadi indah dan langgeng jika mereka menyadari fungsi masing-masing. Seorang suami mempunyai kewajiban untuk melindungi dan mengasihi istrinya seperti Kristus sudah lebih dulu mengurbankan diriNya untuk jemaatNya. Seorang istri yang merasakan besarnya kasih dan dedikasi sang suami akan bisa dengan sungguh hati menghormati dia. Hal ini mirip dengan jemaat yang mengasihi Kristus karena Ia lebih dulu berkurban. Seorang istri dengan senang hati mau memberikan kesempatan kepada sang suami untuk memimpin rumah-tangga jika sang suami mau melakukan tugasnya. Ini seperti jemaat yang menurut kepada pimpinan Kristus. Pada kenyataannya, banyak suami yang tidak sadar bahwa ia harus bisa mencontoh Kristus yang mau berkurban untuk jemaatNya. Mereka lupa bahwa jika mereka mau menjadi pemimpin, itu bukanlah berarti menjadi majikan. Seorang suami yang baik akan mengasihi istrinya sama seperti tubuhnya sendiri, sama seperti Kristus yang mengasihi jemaat. Pada pihak yang lain, ada juga istri yang selalu ingin untuk ikut berfungsi sebagai pemimpin dalam rumah tangga dan bahkan memandang rendah kemampuan sang suami. Hubungan suami istri menurut Alkitab bukanlah seperti apa yang diajarkan oleh dunia. Mereka yang sering menuntut haknya akan mudah jatuh ke dalam pertikaian. Jika suami hanya menuntut ketaatan istri dan istri hanya menuntut kesabaran dan kasih sayang suami, hidup rumah tangga hanya berisi hal tuntut-menuntut. Sebaliknya, hidup suami istri menurut Alkitab adalah berdasarkan kewajiban. Apa yang akan terjadi pada bulan-bulan mendatang tidak ada seorang pun yang tahu. Keadaan ekonomi pada banyak negara sudah mulai goncang dan dengan itu keutuhan banyak rumah tangga ikut terancam. Dalam hal ini, baik suami maupun istri harus ingat akan kewajiban mereka, dan berlomba-lomba untuk lebih dulu berbuat baik bagi yang lain. Baik suami maupun istri harus sadar bahwa setiap orang mempunyai fungsi tersendiri. Dalam hidup berumah tangga kekuatan akan datang dari kasih dan kemurahan hati pasangan hidup kita. Inilah kunci kesuksesan dan kebahagiaan rumah tangga!
Yohanes17:21-23. The Power of Unity (Kekuatan dari Kesatuan) terjadi dalam kehidupan kita. Di tengah kita yang sedang berusaha membangun kesatuan, iblis akan selalu berusaha memecah belah, iblis yang banyak bukan di kuburan, tapi iblis yang punya tugas terhadap anak-anak Tuhan, di pintu keluar Gereja untuk mencuri Firman Tuhan (agar kita
Ada beberapa pengertian tentang apa itu sehat. Menurut Kamus Bahasa Indonesia sehat adalah suatu keadaan/ kondisi seluruh badan serta bagian-bagiannya terbebas dari sakit. Sedangkan bila merujuk kepada Undang-Undang Kesehatan No 23 tahun 1992, sehat itu diartikan sebagai sebuah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan seseorang dapat hidup secara sosial dan ekonomis. Jadi kesehatan tidak hanya berbicara soal tubuh atau badan saja, namun berbicara tentang seluruh aspek hidup dua pengertian diatas maka kita juga dapat belajar bahwa menjaga kesehatan keluarga adalah tanggung jawab seluruh anggota keluarga. Jika sehat diartikan kondisi dimana seluruh tubuh atau setiap bagian terbebas dari sakit, maka keluarga yang sehat juga memiliki pengertian bahwa setiap anggota keluarga terbebas dari rasa sakit. Oleh karena itu menjaga keluarga yang sehat adalah tanggungjawab seluruh anggota untuk tidak saling setiap anggota keluarga tidak saling menyakiti, tetapi sebaliknya setiap anggota keluarga merasakan kebahagiaan dan saling membahagiakan maka itulah yang disebut sebagai keluarga yang sehat. Untuk itu setidaknya ada 2 hal yang wajib ada dalam keluarga agar bisa tetap Takut Akan TuhanHal yang membuat keluarga menjadi tidak sehat adalah karena adanya persoalan dalam hubungan antar anggotanya. Entah itu suami dengan istri, orangtua dengan anak atau kakak dengan adik. Dalam Mazmur 1281-6 dikatakan bahwa orang yang takut akan Tuhan itu adalah orang yang berbahagia. Bahkan lebih lanjut lagi disebutkan disana bahwa kebahagiaan itu tercipta karena setiap anggota dalam keluarga tersebut juga mengalami kebahagiaan dan berfungsi sesuai fungsinya 1281-61281 Nyanyian ziarah. Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!1282 Apabila engkau memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu!1283 Isterimu akan menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu!1284 Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang laki-laki yang takut akan Kiranya TUHAN memberkati engkau dari Sion, supaya engkau melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu,1286 dan melihat anak-anak dari anak-anakmu! Damai sejahtera atas Israel!Dalam perikop Firman Tuhan tersebut disebutkan bahwa takut akan Tuhan merupakan sebuah kunci agar sebuah rumah tangga atau keluarga diberkati dengan kebahagiaan dan kesejahteraan. Suami akan mendapat berkat dalam jerih payah tangannya, istri akan seperti pohon anggur yang membawa sukacita dan anak-anaknya akan seperti tunas pohon zaitun yang artinya akan membawa damai sejahtera dalam keluarga akan Tuhan inilah yang akan menjaga setiap anggota keluarga untuk tidak saling menyakiti, tetapi sebaliknya saling membahagiakan. Takut akan Tuhan itu artinya apa sih?Arti sederhana dari takut akan Tuhan adalah menjauhi dosa dan menyadari kehadiran Tuhan. Takut akan Tuhan adalah hal penting yang harus ditanamkan dalam keluarga. Bila setiap anggota keluarga memiliki rasa takut akan Tuhan, maka mereka tidak akan saling menyakiti satu dengan yang lain. Suami yang takut akan Tuhan tidak akan berlaku kasar terhadap istri. Istri yang takut akan Tuhan tidak akan melawan suami. Anak-anak yang takut akan Tuhan tidak akan memberontak terhadap orangtua. Selain tidak akan saling menyakiti, setiap anggota yang takut akan Tuhan akan bisa menjaga diri ditengah godaan dan tantangan yang takut akan Tuhan tidak akan pernah tergoda oleh wanita lain yang dia jumpai diluar rumah. Istri yang takut akan Tuhan tidak akan main serong ketika ditinggal suami bekerja. Anak yang takut akan Tuhan tidak akan melakukan hal yang tidak benar dalam pergaulan mereka di luar takut akan Tuhan akan menjadi benteng yang kokoh bagi keluarga dari godaan dunia ini. Dengan demikian keluarga ini akan menjadi keluarga yang kuat dan menjaga kebahagiaannya dalam takut akan Tuhan. 2. Kasih Akan TuhanHal kedua yang perlu dan wajib ada dalam keluarga agar menjadi keluarga yang sehat dan bahagia adalah kasih akan Tuhan. Firman Tuhan dengan jelas mengatakan bahwa kasih adalah dasar hubungan dalam sebuah keluarga. Keluarga yang sehat itu dibangun diatas dasar hubungan yang sehat. Hubungan yang sehat adalah hubungan yang didasari oleh 522-33 jelas mengatakan bahwa kasih Kristus adalah dasar hidup sebuah keluarga. Kasih itu terwujud dalam tindakan istri yang tunduk kepada suami, suami yang mengasihi istri serta anak-anak yang taat kepada orangtua dan orangtua yang mengasihi menerapkan kasih pada keluarga, hal pertama yang perlu dilakukan adalah bahwa setiap anggota harus terlebih dahulu memiliki kasih akan Tuhan. Tuhan harus menjadi pusat kasih kita. Sebab Tuhan itulah sumber kasih yang akan memampukan kita untuk mengasihi sesama kita dan secara khusus keluarga kita. Efesus 522 Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan,Efesus 525 Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginyaEfesus 61 Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah Kristus atau kasih Tuhanlah yang menjadi pusat kasih kita. Dengan mengasihi Tuhan, maka kita bisa mengasihi sesama dan yang paling dekat adalah keluarga. Dari Tuhanlah kita belajar mengasihi sesama, termasuk keluarga. Yesus adalah sentral kasih kita, tidak ada yang tersembunyi dihadapan-Nya. Kita bisa saja berbohong terhadap pasangan kita, bersandiwara didepan anak-anak. Namun kita tidak akan pernah bisa berbohong dan bersandiwara dihadapan Tuhan. Maka kalau hidup kita sudah bisa mengasihi Tuhan, kita akan bisa mengasihi sesama. Sebab kalau kita mengasihi Tuhan, kita akan belajar mengasihi apa yang Tuhan ketika kita mencintai seseorang, maka kita juga akan belajar mencintai apa yang dia cintai. Demikian kalau kita mengasihi Tuhan, maka kita akan mengasihi juga apa yang Tuhan kasihi, akan menyukai apa yang Tuhan sukai. Keluarga adalah tempat untuk kita belajar mengasihi dan mengekpresikan kasih Tuhan dalam hidup kita. Omong kosong bila kita berkata mengasihi orang lain bila kita tidak mengasihi keluarga kita sendiri. Tuhan sudah membuktikan kasihNya, kitalah yang perlu membuktikan kasih kita kepada Tuhan dengan cara mengasihi keluarga kasih kita terhadap Tuhan tercermin dalam bagaimana kita mengasihi keluarga kita? Sebab kasih kita itu tidak maha, artinya kita tidak bisa mengasihi semua orang dengan kadar kasih yang sama. Tentu ada yang menjadi target utama kita dalam kasih, yaitu gak bisa menolong semua orang, bukan karena gak mau tapi memang karena gak mampu. Kita mahluk yang terbatas. Tidak segala sesuatu bisa kita kerjakan, tapi Tuhan punya set pekerjaan yang Tuhan mau kita karena itu kita harus mengelola apa yang ada di sekitar kita, salah satu yang terpenting adalah keluarga kitaKita tidak bisa mengubah dunia, tetapi kita bisa mengubah kehidupan orang-orang terdekat kita, dimulai dari mengubah diri sendiri menjadi pribadi yang takut akan Tuhan dan memiliki kasih akan Tuhan. Biarlah kasih kita akan Tuhan terwujud nyata dalam kasih kita kepada keluarga kita. Dengan demikian hubungan antar anggota keluarga menjadi baik dan keluarga kita menjadi keluarga yang sehat. Miliki dua hal tersebut, takut akan Tuhan dan kasih akan Tuhan. Hal-hal itulah yang akan menjaga keluarga kita dari berbagai penyakit serta akan membuat keluarga kita bahagia dan sejahtera. Amin, selamat merenungkan.. Tuhan Yesus memberkati..
Suamidapat mengasihi istri yang bersalah hanya jika sungguh-sungguh percaya kepada Isa. Sebab Isa adalah sumber kasih dan pengampunan. Apakah menurut saudara suami Islam maupun Kristen mengasihi istrinya adalah salah? ~ DA. Balas. Mulyadi 19 Desember 2013 12:08 am ~ Memukul bukan untuk menyakiti. Dan hanya berlaku untuk pelanggaran
Sebagai istri, kita juga dituntut untuk mengasihi dan menghormati suami kita. Hal ini adalah perintah Allah yang tercantum dalam Alkitab"Sebab itu hendaklah perempuan merendahkan diri kepada suaminya, seperti kepada Tuhan." Efesus 522Ketika kita memarahi suami kita, kita tidak hanya merusak hubungan kita dengan dia, tetapi juga mengabaikan perintah Allah dan membiarkan keegoisan dan kemarahan kita mengendalikan tindakan kita. Kita juga mungkin merusak kepercayaan dan rasa aman yang dimiliki suami kita."Setiap orang harus cepat untuk mendengar, lambat untuk berbicara, lambat untuk marah, sebab kemarahan manusia tidak mengerjakan kebenaran Allah." Yakobus 119-20Kita harus selalu mengingat bahwa suami kita adalah anugerah dari Tuhan, dan kita harus memperlakukan dia dengan kasih sayang dan penghormatan yang sama seperti yang Tuhan berikan kepada kita. Kita harus selalu berusaha untuk memahami perasaan dan kebutuhan suami kita, serta memberikan dukungan dan perhatian yang dibutuhkan."Tetapi kamu, istri-istri, tunduklah kepada suamimu sebagai kepada Tuhan. Sebab suami adalah kepala isterinya, sama seperti Kristus juga kepala jemaat, yaitu Dia sebagai Juruselamat dari tubuh jemaat." Efesus 522-23Kita juga harus selalu memohon bimbingan dan kekuatan dari Tuhan dalam memenuhi peran sebagai istri yang baik dan mengasihi suami kita. Kita harus selalu mempercayakan hidup kita dan hubungan kita dengan pasangan kepada kita selalu mengasihi dan menghormati suami kita dengan cara yang sesuai dengan kebutuhan dan kepribadiannya, serta mempercayakan hidup kita kepada Tuhan dalam menjaga hubungan kita dengan pasangan kita. Jangan biarkan kemarahan dan keegoisan mengendalikan tindakan kita, tetapi biarkan kasih dan penghormatan yang ada dalam Kristus memimpin kita.
Renungan Membangun Komunikasi Suami Istri Yang Baik; Membangun Komunikasi Suami Istri Yang Baik 24 November 2017 Sabtu 21 Oktober 2017 pkl 09.00, setelah kegiatan doa pagi GKI Karawaci, satu per satu pasangan suami istri datang mengisi buku tamu, menggunakan pakaian nuansa putih-putih dengan senyum yang sumringah masuk ke dalam ruangan
Menjalani kehidupan sangatlah berat. Banyak sekali tantangan dan rintangan yang kita hadapi. Secara tidak sadar, mungkin diri kita membutuhkan sebuah pedoman atau pegangan yang dapat menguatkan kita untuk menjalani kehidupan. Seperti contohnya membaca Firman Tuhan dalam bentuk renungan singkat tentang kehidupan sehari hari bisa menjadi salah satu langkah untuk memberikan semangat dalam memulai hari. Berikut renungan singkat yang akan FJI bagikan. Memulai hari alangkah baiknya dimulai dengan kegiatan positif yang dapat memberikan insight untuk hidup kita. Salah satunya dengan membaca Firman Tuhan untuk hidup sehari hari. Kali ini FJI akan membawakan renungan singkat dengan tema Kasih Tidak Ingkar Janji Firman Tuhan diambil dari Yohanes 13 31-35. Tema renungan singkat tentang kehidupan sehari hari kita saat ini adalah kasih tidak ingkar janji. Untuk memahami tema ini, adalah baik jika kita melihat tentang teks sebelumnya Di mana salah satu murid yang bernama Yudas pada akhirnya meninggalkan Yesus bahkan berkhianat kepadanya. Apakah Yudas tidak mencintai Yesus? Dia sangat mencintai Yesus, bahkan memiliki harapan besar pada sosok Yesus. Dia memimpikan Yesus menjadi pemimpin mereka, Sang Mesias yang akan membawa kemenangan pada orang Yahudi dari penindasan Romawi. Namun cintanya yang besar, menyeretnya pada obsesi yang salah yang justru membuat Yesus menderita. Dia membiarkan Yesus sendirian ditangkap dan mati dengan cara mengenaskan. Dia meninggalkan Yesus dan meninggalkan komunitasnya, sahabatsahabatnya, teman-temannya. Sering muncul pertanyaan tentang patokan kasih itu. Ada patokannya, apa kriterianya, apa ukurannya dalam menjalankan kasih. Dalam kalimat ini nyata dikatakan yaitu supaya kamu saling mengasihi sama seperti Aku mengasihi kamu, maka demikianlah kamu harus saling mengasihi. Jadi yang jadi patokan adalah kasih Yesus. Bagaimana hidup kita tatkala bercermin pada kasih Yesus? Dengan jumawa dan percaya diri kita seringkali bicara tentang kasih dan membela diri kita dengan alasan itu karena kasih. Mari kita lihat apakah kasih kita bisa konsisten? Tidak berubah meskipun orang lain berubah sikap dan perkataan. Marilah kita belajar menjadi murid Yesus mengasihi satu dengan yang lain. Kasih yang tidak mengingkari makna kasih itu sendiri. Artinya menjalankan kasih dengan setia, dengan konsisten, rendah hati dan kerelaan berkorban. Sumber renungan Warta Jemaat GKJ Samironobaru Hidup Sungguh-Sungguh Dalam Tuhan Saat pertama kali saya mengenal Tuhan Yesus, di dalam hati ini rasanya terus berkobar dan ingin selalu berkenan kepada-Nya. Sehingga, saya selalu berusaha untuk menjaga sikap, perilaku dan tutur kata agar bisa menyenangkan hati Tuhan. Karena kondisi hidup ini yang selalu naik turun, terkadang saya juga merasa jauh namun di dalam hati tetap bersungguh-sungguh melakukan sesuatu di dalam Tuhan. Oleh karena saya selalu belajar terus-menerus untuk meningkatkan kesungguhan untuk selalu melakukan setiap Firman Tuhan. Rasul Paulus mengatakan bahwa hidup sunguh-sungguh kepada Allah bukanlah pilihan, melainkan hal yang harus dan wajib dilakukan bagi setiap orang percaya. Hal itu sangat ditekankan Paulus kepada jemaat di Tesalonika waktu itu. Jemaat di Tesalonika yang sudah mempelajari pengajaran tentang kehidupan yang berkenan maka Paulus kembali mengingatkan kepada mereka untuk lebih bersungguh-sungguh lagi dalam melakukan kehendak-Nya. Hal ini memang sangat penting untuk ditekankan kpada kehidupan kita karena adakalanya niat kita untuk bersungguh-sungguh kendur atau melemah ketika sedang ingin beribadah kepada Tuhan. Salah satu yang bisa menjadi penyebab adalah hati yang tawar karena apa yang kita inginkan melalui doa tidak segera dikabulkan. Kondisi seperti ini memang harus kita waspadai agar kehidupan kita senantiasa berkenan dan selalu seturut dengan kehedak Allah. Sebagai seorang Kristen, tidak ada hal yang lebih penting daripada hidup kita bisa berkenan bagi Tuhan. Tentu agar kita bisa menuju kesana jalannya tidak bisa dilakukan begitu mudah. Kita harus benar-benar niat dan sungguh-sungguh agar hidup kita berkenan bagi Tuhan. Doa hari ini Kami mengucap syukur Tuhan atas segala kasih dan penyertaan yang Engkau berikan di dalam kehidupan kami. Bapa, terimakasih atas kasih yang sampai saat ini tak henti-hentinya kami rasakan. Bersyukur ya kita memiliki Tuhan yang penuh dengan kasih. Walaupun terkadang kita tidak sepenuhnya sadar dan mengerti bentuk kasih yang Tuhan berikan pada kita. Kerap kali jawaban Tuhan atas doa permohonan kita ternyata tidak sesuai keinginan, mungkin beberapa kami akan menggerutu. Namun, aku tau bahwa pasti Tuhan tidak abai. Tuhan selalu punya rencana yang jauh lebih baik dari apa yang diri kita anggap baik. Karena Kau lebih mengenal kita daripada diri kita sendiri. Kami percaya, bahwa kasihmu tidak akan ingkar janji untuk kami. Sukacita dan kedamaian pasti selalu ada untuk kehidupan kami. Amin. Akhir kata Jadi itulah renungan singkat tentang kehidupan sehari hari yang bisa FJI bagikan. Bagi kamu yang sudah berkeluarga juga bisa membaca Renungan Untuk Suami Yang Menyakiti Istri sebagai perenungan para suami jika sering menyakiti istrinya. Kiranya semua renungan yang FJI bagikan dapat menjadi berkat bagi kamu. Terimakasih, Tuhan Memberkati!
RenunganHarian Katolik Sabtu 25 Juni 2022 Peringatan Wajib Hati Tak Bernoda Santa Perawaran Maria Warna Liturgi Putih. Bacaan Pertama Yes. 61:9-11, Kidung Tanggapan 1Sam. 2:1,4-5,6-7.8abcd, Bait Pengantar Injil Alleluya, Bacaan Injil Luk. 2:41-51.
Bahan Khotbah Minggu, 03 November 2019 Disiapkan oleh Pdt. Alokasih Gulo “Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, karena kita adalah anggota tubuh-Nya. Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat. Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya”. Teks ini berbicara tentang hubungan suami isteri, yang ditegaskan sebagai representasi dari hubungan Kristus, sang Kepala, dengan Tubuh-Nya, Gereja. Istri, sebagai wakil Tubuh, Gereja Kristus, harus menunjukkan iman mereka melalui penyerahan diri kepada suami sebagai kepala mereka ay. 22-24. Sementara, para suami, sebagai wakil Kristus, sang Kepala, harus menunjukkan iman mereka dengan secara penuh cinta mengasihi istri mereka sendiri, yang adalah tubuh mereka, sebagaimana Kristus mengasihi Gereja, Tubuh-Nya ay. 25-33. Namun demikian, masih banyak orang yang menyalahartikan dan menyalahgunakan teks ini untuk keuntungannya sendiri. Dari pihak laki-laki, teks ini dianggap sebagai penegasan kekuasaan laki-laki atas perempuan, dengan hanya mengutip ayat 22-24 dan mengabaikan ayat-ayat lain di sekitarnya. Secara kuantitatif, nasihat kepada suami justru lebih banyak daripada nasihat kepada istri. Sementara, di era emansipasi dan kesetaraan perempuan sekarang ini, ada beberapa kasus di mana perempuan menuntut kesempurnaan kasih dan pengorbanan suami kepadanya sama seperti kasih dan pengorbanan Yesus yang sempurna atas jemaat. Dalam beberapa kasus, malah ada perempuan istri yang bukan lagi tunduk kepada suaminya ay. 22, melainkan menanduk suaminya. Dalam teks ini, Paulus sama sekali tidak bermaksud menganggap pihak laki-laki berada pada posisi yang lebih tinggi atas perempuan, atau laki-laki superior atas perempuan, atau sebaliknya perempuan lebih rendah daripada laki-laki. Paulus hendak menegaskan bahwa, baik laki-laki suami maupun perempuan istri, sama-sama memiliki peran yang unik dalam keluarga, dan keduanya harus bersikap adil dan rendah hati satu dengan yang lain. Nasihat Paulus kepada istri menghadirkan pandangan Kristen yang unik tentang hubungan istri dengan suami nya. Paulus tidak membatasi kebebasan perempuan dengan kata-kata “tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan ay. 22”. Paulus menginginkan keharmonisan hubungan suami-istri. Dia menempatkan tradisi budaya terkait relasi suami-istri pada waktu itu dalam bingkai relasi Kristus dengan jemaat-Nya. Dia menganalogikan perihal tunduknya sang istri kepada suaminya dengan penundukan diri kepada Tuhan. Jadi, hubungan keduanya kudus, bukan sekadar hubungan kedagingan. Kekudusan hubungan itu harus dijaga, tidak boleh dirusak atas nama kebebasan dan kesetaraan. Ayat 25-33 menawarkan wawasan mendalam ke dalam pikiran Kristus, tujuan-Nya dalam Keselamatan, tujuan Allah dalam penciptaan, dan apa artinya mencintai diri sendiri. Ayat-ayat ini menawarkan jawaban untuk tirani dan ketidakpedulian laki-laki. Laki-laki diperintahkan untuk secara aktif mencintai, berkorban, sampai mati, istri mereka. Nasihat ini menjadi semacam penyeimbang nasihat Paulus kepada istri pada ayat 22-24 sebelumnya. Di sini analogi tentang Pernikahan yang merupakan perpaduan dari Persatuan Kristus dengan Gereja, dimulai dengan seruan kepada istri untuk tunduk kepada suaminya, dan berpadanan dengan seruan kepada suami untuk mencintai kepada suami untuk mencintai istrinya didasarkan pada kasih Kristus kepada Gereja. Argumen Paulus didasarkan pada imitasi Kristologis, keuntungan praktis, dan tujuan Penciptaan. Sang suami, mesti mencintai istrinya sepenuh hati, dia siap berkorban untuknya, sama seperti kasih dan pengorbanan Kristus atas jemaat-Nya. Dengan kata lain, sang suami tidak boleh menjadikan istrinya sebagai korban kelaki-lakiannya, tidak boleh melakukan kekerasan kepada istrinya dengan alasan apapun, sebab tidak mungkin laki-laki normal dan sehat menyakiti dirinya sendiri. Baik istri maupun suami, keduanya harus menjaga kesucian pernikahan mereka, bukan saja untuk tetap setia kepada pasangannya, melainkan untuk membangun relasi yang setara dan sehat di antara mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan tetap menyadari dan menghargai keunikan masing-masing. Paulus menegaskan hal ini di ayat 33 "kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya". Hai suami-suami, hai calon-calon suami, kalau bukan dirimu yang mencintai istrimu calon istrimu, siapa lagi yang engkau harapkan? Suami-suami atau laki-laki yang lain? Hai, istri-istri, hai calon-calon istri, kalau bukan dirimu yang menghargai suamimu calon suamimu, siapa lagi yang engkau harapkan? Istri-istri atau perempuan lain? Bagaimana mungkin kita mengharapkan suami atau istri kita dicintai dan dihargai oleh orang lain kalau kita sendiri tidak memulai untuk saling mencintai dan menghargai sepenuh hati? Atau, apakah ego kita masih terlalu kuat menguasai kita sehingga kita sulit bagi kita saling mengalah untuk keuntungan bersama yang lebih luas? Apakah ego kita masih terlalu kuat menguasai kita sehingga sulit bagi kita menunjukkan niat baik untuk mencintai dan menghargai satu dengan yang lain? Hari ini, Paulus mengingatkan kita untuk dengan rendah hati menundukkan diri di hadapan Kristus, sehingga mudah bagi kita untuk saling mencintai, saling menghargai, dan saling mengisi. Paulus mengatakan dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus” Ef. 521.
QbvY5C. hkarqyt25h.pages.dev/131hkarqyt25h.pages.dev/222hkarqyt25h.pages.dev/209hkarqyt25h.pages.dev/358hkarqyt25h.pages.dev/497hkarqyt25h.pages.dev/175hkarqyt25h.pages.dev/143hkarqyt25h.pages.dev/64
renungan kristen untuk suami yang menyakiti istri